Generasi Millennial yang
Terdegradasi Moral dan Rasa Toleransinya
Randy Adityanda | 14117950
2KA25
Universitas Gunadarma
Semua
orang telah mengakui kemajuan teknologi memudahkan mereka dalam menjalani
hidup. Adanya internet menciptakan media sosial yang sangat membantu masyarakat
dalam berkomunikasi. Media sosial ini dapat digunakan oleh siapa saja tanpa ada
batasan usia, asalkan memiliki perangkat yang memadai untuk mengaksesnya.
Milenial adalah sebutan generasi masa kini yang aktif dalam bersosial media.
Tapi apakah milenial
sadar dengan kemudahan dalam bidang teknologi komunikasi dapat memberikan
kerugian selain manfaat? Atau mungkin milenial sudah terlena dengan itu semua?
Hingga millennial dalam bermedia sosial mengabaikan garis-garis kesopanan.
Sadarkah bahwa
penyalahgunaan media sosial ini ada disekitar kita atau bahkan kita sendiri
telah melakukannya? Melihat media sosial yang akhir-akhir ini banyak digunakan
oleh masyarakat untuk bersosialisasi atau hanya untuk sekedar eksis seperti
WhatsApp, Instagram, Line, Youtube dan Twitter, mereka sangat rentan untuk
disalahgunakan. Dalam beberapa media sosial tersebut biasanya orang dengan
bebas untuk mengunggah foto, video, pesan, status, atau tweet.
Saat ini sangat mudah
bagi kita untuk berpartisipasi dalam bidang jurnalistik, kita dapat menjadi
jurnalis dadakan atau bisa disebut juga dengan citizen journalism. Hanya dengan
menyebarkan peristiwa yang sedang terjadi misalnya kecelakaan, kebakaran,
perampokan, kerusuhan, atau lainnya di media sosial dengan disertakan gambar
atau vidoe sebagai bukti kita sudah dapat dikatakan sebagai citizen
journalism. Sebenarnya sah-sah saja untuk melakukannya, namun
terkadang banyak masyarkat yang mengunggah dan membagikan foto atau video
korban dari peristiwa tersebut dengan luka yang masih terbuka, darah
berceceran, atau bahkan organ yang terburai ke jalanan.
Bagaimana
kalian melihat hal tersebut, apakah kasihan? Lalu pernahkah terpikirkan
bagaimana perasaan keluarganya melihat foto anggota keluarganya dengan keadaan
yang mengenaskan tersebar di media sosial yang dilihat banyak orang? Sejatinya
mengunggah foto atau video seperti itu tidak diperbolehkan karena itu merupakan
tindakan yang tidak beretika dan tidak memperlihatkan sisi kemanusiaan sesuai
dengan Pancasila sila kedua.
Sebagian warganet
mungkin tidak merasakan bahwa kebebasan media sosial ini membuat Indonesia
menjadi terpecah belah. Bagaimana jika dengan mudah orang mengomentari sebuah postingan salah
satu pejabat yang sedang bekerja lalu dikatakan sebagai pencitraan? Bagaimana
jika seseorang menunggah pesan kebencian akan suatu ajaran agama kemudian umat
yang lain ikut mengomentari dan membagikan ke berbagai media sosial lain?
Bagaimana jika semua time line media
sosial dipenuhi oleh kata hinaan dan umpatan berujung perdebatan yang dipenuhi
oleh emosi? Hal tersebut bukankah yang membuat Indonesia menjadi berkubu-kubu?
Tidak perlu untuk mengumpat dalam mengkritik sesorang atau suatu kebijakan
dengan berapi-api hingga membuat semua orang ikut berpartisipasi.
Degradasi moral dan
toleransi di Indonesia memang semakin terlihat. Masyarakat mulai melupakan
makna sejati dari kata toleransi dan rasa kemanusiaan. Atau bahkan masyarakat
mulai melupakan bahwa Indonesia negara yang plural dan sangat sensitif soal
SARA. Namun masih banyak warganet yang mengunggah foto atau pesan status yang
berbau SARA dan memicu banyaknya komentar negatif hingga viral. Ada baiknya
bersabar dan melihat sebuah masalah dari sudut pandang lain terlebih dahulu
sebelum mengumpulkan masa di media sosial untuk menghina seseorang atau bahkan
suatu agama.
Rasanya akan lebih
indah jika Indonesia kembali mengutamakan rasa toleransi dan menjunjung rasa
kemanusiaan yang adil dan beradap. Sehingga kita lebih sadar akan esensi
Pancasila sebagai ideologi bangsa ini. Sebagaimana dalam sila-silanya
terkandung makna yang seharusnya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari
untuk mewujudkan Negara Indonesia yang damai dan bertoleransi.
Sumber
:
https://www.hipwee.com/opini/generasi-millennial-yang-terdegradasi-moral-dan-rasa-toleransinya/
Komentar
Posting Komentar