Disusun oleh :
Randy Adityanda | 14117950
2KA25
Universitas Gunadarma
Artikel Tentang Perkembangan teknologi Informasi
Perkembangan teknologi menjadi
hal yang sudah tidak asing lagi perkembangan teknologi informasi saat ini
memang jauh lebih pesat dari tahun tahun sebelumnya transformasi dari teknologi
masalalalu menjadi teknologi yang lebih cangggih mudah dan cepat, artikel yang
akan di bahas di bawah ini adalah tentang Perkembangan
teknologi infomasi
Ø
Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi
Tidak dapat
disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang
datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat
teknologi informasi. Implementasi internet, electronic commerce, electronic
data interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya
telah menerobos batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi
komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang
sistem informasi.
Data atau
informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah
sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam
hitungan detik. Tidak berlebihan jika salah satu pakar IBM menganalogikannya
dengan perkembangan otomotif sebagai berikut: “seandainya dunia otomotif
mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini telah dapat diproduksi
sebuah mobil berbahan bakar solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan maximum
10,000 km/jam, dengan harga beli hanya sekitar 1 dolar Amerika !”. Secara
mikro, ada hal cukup menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi
perkembangan teknologi informasi yang ada secara signifikan mempengaruhi
persaingan antara perusahaan-perusahaan di dunia, khususnya yang bergerak di
bidang jasa.
Secara garis
besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem informasi, yang dimulai
dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era tersebut
(Cash et.al., 1992) terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan
teknologi komputer yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori
baru mengenai manajemen perusahaan modern. Ahli-ahli manajemen dan organisasi
seperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat mewarnai pandangan
manajemen terhadap teknologi informasi di era modern.
Oleh karena
itu dapat dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan terutama di negara
berkembang (dunia ketiga), yang masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru
mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi informasi karena masih
melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang mempengaruhi behavior
sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui
perusahaan dengan peralatan komputer yang tercanggih, namun masih dipergunakan
sebagai alat-alat administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer
pertama di dunia pada awal tahun 1960-an.
Ø Perkembangan
Teknologi Era Komputerisasi
Periode ini
dimulai sekitar tahun 1960-an ketika mini computer dan mainframe diperkenalkan
perusahaan seperti IBM ke dunia industri. Kemampuan menghitung yang sedemikian
cepat menyebabkan banyak sekali perusahaan yang memanfaatkannya untuk keperluan
pengolahan data (data processing). Pemakaian komputer di masa ini ditujukan
untuk meningkatkan efisiensi, karena terbukti untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu, mempergunakan komputer jauh lebih efisien (dari segi waktu dan biaya)
dibandingkan dengan mempekerjakan berpuluh-puluh SDM untuk hal serupa.
Pada era
tersebut, belum terlihat suasana kompetisi yang sedemikian ketat. Jumlah
perusahaan pun masih relatif sedikit. Kebanyakan dari perusahaan perusahaan
besar secara tidak langsung “memonopoli pasar-pasar tertentu, karena belum ada
pesaing yang berarti. Hampir semua perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di
bidang infrastruktur (listrik dan telekomunikasi) dan pertambangan pada saat
itu membeli perangkat komputer untuk membantu kegiatan administrasinya
sehari-hari.
Keperluan
organisasi yang paling banyak menyita waktu komputer pada saat itu adalah untuk
administrasi back office, terutama yang berhubungan dengan akuntansi dan
keuangan. Di pihak lain, kemampuan mainframe untuk melakukan perhitungan rumit
juga dimanfaatkan perusahaan untuk membantu menyelesaikan problem-problem
teknis operasional, seperti simulasi-simulasi perhitungan pada industri
pertambangan dan manufaktur.
Ø Era Kemajuan
Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi telah
membawa komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya. Di awal tahun 1970-an,
teknologi PC atau Personal Computer mulai diperkenalkan sebagai alternatif
pengganti mini computer. Dengan seperangkat komputer yang dapat ditaruh di meja
kerja (desktop), seorang manajer atau teknisi dapat memperoleh data atau
informasi yang telah diolah oleh komputer (dengan kecepatan yang hampir sama
dengan kecepatan mini computer, bahkan mainframe). Kegunaan komputer di
perusahaan tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, namun lebih jauh untuk
mendukung terjadinya proses kerja yang lebih efektif. Tidak seperti halnya pada
era komputerisasi dimana komputer hanya menjadi “milik pribadi” Divisi EDP (Electronic
Data Processing) pada suatu perusahaan, di era kedua ini setiap individu di
organisasi dapat memanfaatkan kecanggihan komputer, seperti untuk mengolah
database, spreadsheet, maupun data processing (end-user computing). Pemakaian
komputer di kalangan perusahaan semakin marak, terutama didukung dengan alam
kompetisi yang telah berubah dari monompoli menjadi pasar bebas. Secara tidak
langsung, perusahaan yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien
dan efektif dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola
secara manual.
Pada era inilah komputer memasuki babak barunya, yaitu sebagai suatu
fasilitas yang dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan, terutama
yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa. Teori-teori manajemen organisasi
modern secara intensif mulai diperkenalkan di awal tahun 1980-an. Salah satu
teori yang paling banyak dipelajari dan diterapkan adalah mengenai manajemen
perubahan (change management). Hampir di semua kerangka teori manajemen perubahan
ditekankan pentingnya teknologi informasi sebagai salah satu komponen utama
yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang ingin menang dalam persaingan
bisnis. Tidak seperti pada kedua era sebelumnya yang lebih menekankan pada
unsur teknologi, pada era manajemen perubahan ini yang lebih ditekankan adalah
sistem informasi, dimana komputer dan teknologi informasi merupakan komponen
dari sistem tersebut.
Kunci dari keberhasilan perusahaan di era tahun 1980-an ini adalah
penciptaan dan penguasaan informasi secara cepat dan akurat. Informasi di dalam
perusahaan dianalogikan sebagai darah dalam peredaran darah manusia yang harus
selalu mengalir dengan teratur, cepat, terus-menerus, ke tempat-tempat yang
membutuhkannya (strategis). Ditekankan oleh beberapa ahli manajemen, bahwa
perusahaan yang menguasai informasilah yang memiliki keunggulan kompetitif di
dalam lingkungan makro “regulated free market”. Di dalam periode ini, perubahan
secara filosofis dari perusahaan tradisional ke perusahaan modern terletak pada
bagaimana manajemen melihat kunci kinerja perusahaan. Organisasi tradisional
melihat struktur perusahaan sebagai kunci utama pengukuran kinerja, sehingga
semuanya diukur secara hirarkis berdasarkan divisi-divisi atau departemen.
Dalam teori organisasi modern, dimana persaingan bebas telah menyebabkan
customers harus pandai-pandai memilih produk yang beragam di pasaran, proses
penciptaan produk atau pelayanan (pemberian jasa) kepada pelanggan merupakan
kunci utama kinerja perusahaan. Keadaan ini sering diasosiasikan dengan
istilah-istilah manajemen seperti “market driven” atau “customer base company”
yang pada intinya sama, yaitu kinerja perusahaan akan dinilai dari kepuasan
para pelanggannya. Sangat jelas dalam format kompetisi yang baru ini, peranan
komputer dan teknologi informasi, yang digabungkan dengan komponen lain seperti
proses, prosedur, struktur organisasi, SDM, budaya perusahaan, manajemen, dan
komponen terkait lainnya, dalam membentuk sistem informasi yang baik, merupakan
salah satu kunci keberhasilan perusahaan secara strategis. Tidak dapat
disangkal lagi bahwa kepuasan pelanggan terletak pada kualitas pelayanan. Pada
dasarnya, seorang pelanggan dalam memilih produk atau jasa yang dibutuhkannya,
akan mencari perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut: cheaper (lebih
murah), better (lebih baik), dan faster (lebih cepat). Disinilah peranan sistem
informasi sebagai komponen utama dalam memberikan keunggulan kompetitif
perusahaan. Oleh karena itu, kunci dari kinerja perusahaan adalah pada proses
yang terjadi baik di dalam perusahaan (back office) maupun yang langsung
bersinggungan dengan pelanggan (front office). Dengan memfokuskan diri pada
penciptaan proses (business process) yang efisien, efektif, dan terkontrol dengan
baiklah sebuah perusahaan akan memiliki kinerja yang handal.
Tidak heran bahwa di era tahun 1980-an sampai dengan awal tahun 1990-an
terlihat banyak sekali perusahaan yang melakukan BPR (BusinessProcess
Reengineering), re-strukturisasi, implementasi ISO-9000, implementasi TQM,
instalasi dan pemakaian sistem informasi korporat (SAP, Oracle, BAAN), dan lain
sebagainya. Utilisasi teknologi informasi terlihat sangat mendominasi dalam
setiap program manajemen perubahan yang dilakukan perusahaan-perusahaan
Ø
Perkembangan
Teknologi Era Globalisasi Informasi
Belum banyak buku yang
secara eksplisit memasukkan era terakhir ini ke dalam sejarah evolusi teknologi
informasi. Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun 1980-an,
perkembangan dibidang teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi)
sedemikian pesatnya, sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang
terjadi terlihat secara eksponensial.
Ketika sebuah seminar
internasional mengenai internet diselenggarakan di San Fransisco pada tahun
1996, para praktisi teknologi informasi yang dahulu bekerja sama dalam
penelitian untuk memperkenalkan internet ke dunia industri pun secara jujur
mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga perkembangan internet akan menjadi
seperti ini. Ibaratnya mereka melihat bahwa yang ditanam adalah benih pohon
ajaib, yang tiba-tiba membelah diri menjadi pohon raksasa yang tinggi
menjulang. Sulit untuk ditemukan teori yang dapat menjelaskan semua fenomena
yang terjadi sejak awal tahun 1990-an ini, namun fakta yang terjadi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Tidak ada yang dapat
menahan lajunya perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah
menghilangkan garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information.
Tidak ada negara yang mampu untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke
luar negara lain, karena batasan antara negara tidak dikenal dalam virtual
world of computer.Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet, Intranet,
Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat.
Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti
efektif untuk menangkal segala hal yang berhubungan dengan penciptaan dan
aliran informasi. Perusahaan-perusahaan pun sudah tidak terikat pada batasan
fisik lagi. Melalui virtual world of computer, seseorang dapat mencari
pelanggan di seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan jaringan
internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang mengalir bebas
melalui jaringan internet. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah
dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan mempergunakan
electronic money.
Tidak jarang perusahaan
yang akhirnya harus mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya, terutama
yang bergelut di bidang pemberian jasa. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan
perangkat canggih teknologi informasi telah merubah mindset manajemen
perusahaan sehingga tidak jarang terjadi perusahaan yang banting stir
menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau yang sedang berkembang,
dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di suatu sisi
banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau SDM-nya,
sementara di pihak lain investasi besar harus dikeluarkan untuk membeli
perangkat teknologi informasi.Tidak memiliki teknologi informasi, berarti tidak
dapat bersaing dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias harus gulung
tikar. Hal terakhir yang paling memusingkan kepala manajemen adalah kenyataan
bahwa lingkungan bisnis yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan
dinamis. Perubahan yang terjadi tidak hanya sebagai dampak kompetisi yang
sedemikian ketat, namun karena adanya faktor-faktor external lain seperti
politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara
tidak langsung menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan baru
yang harus ditaati perusahaan.
Secara operasional, tentu
saja fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi dalam
menyusun sistemnya. Tidak jarang di tengah-tengah konstruksi sistem informasi,
terjadi perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan analisa ulang terhadap
sistem yang akan dibangun. Dengan mencermati keadaan ini, jelas terlihat
kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok untuk perusahaan, yaitu
teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi negara maju
menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis
objek, seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented
Database Management System), Object Technology, Distributed Object, dan lain
sebagainya.
Ø Akibat
Kemajuan Teknologi "Perubahan Pola Pikir Sebagai Syarat"
Dari keempat era di atas,
terlihat bagaimana alam kompetisi dan kemajuan teknologi informasi sejak
dipergunakannya komputer dalam industri hingga saat ini terkait erat satu dan
lainnya. Memasuki abad informasi berarti memasuki dunia dengan teknologi baru,
teknologi informasi. Mempergunakan teknologi informasi seoptimum mungkin
berarti harus merubah mindset. Merubah mindset merupakan hal yang teramat sulit
untuk dilakukan, karena pada dasarnya “people do not like to change”. Kalau
pada saat ini dunia maju dan negara-negara tetangga Indonesia sudah memiliki
komitmen khusus untuk mengambil bagian dalam penciptaan komponen-komponen
sistem informasi, bagaimana dengan Indonesia?
Masih ingin menjadi negara konsumen? Atau
sudah mampu menjadi negara produsen?
Paling tidak, hal yang harus ada terlebih
dahulu di setiap manusia Indonesia adalah kemauan untuk berubah. Tanpa
“willingness to change”, sangat mustahillah bangsa Indonesia dapat memanfaatkan
teknologi informasi untuk membangun kembali bangsa yang hancur ditelan krisis
saat ini.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar