Jenis-Jenis Audit

 


Disusun oleh

Randy Adityanda                     | 14117950

 

 

 

PTA 2020/2021

Universitas Gunadarma


A.    Audit Internal

Apa itu Audit Internal ?

Audit Internal adalah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan organisasi. Audit Internal hadir untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan dengan memberikan penilaian yang tidak bias sehingga dapat menyampaikan rekomendasi yang memiliki nilai tambah bagi suatu perusahaan.

Audit Internal biasanya dilakukan oleh unit yang ada di dalam perusahaan yang memiliki tugas untuk melakukan audit terhadap perusahaan tersebut. Pelaksana Audit Internal adalah auditor internal. 

Aktivitas Audit Internal menjadi sebuah pendukung utama bagi tercapainya tujuan pengendalian internal. Saat menjalankan tugasnya, auditor internal harus berlaku objektif dan kedudukannya di dalam perusahaan adalah independen.

 

Tujuan Audit Internal

Audit Internal memiliki tujuan untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang efektif. Audit Internal akan melaksanakan analisis dan memberikan saran serta penilaian demi mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Audit Internal memberikan keyakinan pada manajemen untuk melakukan perbaikan atas sistem pengawasan perusahaan secara keseluruhan. 

Untuk mencapai tujuan dari audit internal, maka auditor perlu melakukan beberapa hal di bawah ini:

a.    Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian internal dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu tinggi.

b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan, dan penyalahgunaan.

d.   Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam perusahaan dapat dipercaya.

e.  Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam perusahaan untuk melaksanakan tugasnya.

f.    Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional untuk peningkatan efisiensi & efektifitas.

 

Fungsi Audit Internal

Berikut ini adalah fungsi audit internal:

a.       Melakukan pengawasan atas semua aktivitas yang sulit ditangani oleh pimpinan puncak.

b.      Melakukan identifikasi dan meminimalisasi resiko.

c.       Mendukung dan membantu manajemen seputar bidang teknis.

d.      Melakukan laporan validasi pada manajer.

e.       Membantu proses pengambilan keputusan.

f.        Melakukan analisis untuk masa yang akan datang.

g.      Membantu manajer dalam hal pengelolaan perusahaan.

 

B.     Audit Sistem Informasi

Audit sistem informasi merupakan proses pengumpulan dan penilaian bukti – bukti untuk menentukan apakah sistem komputer dapat mengamankan aset, memelihara integritas data, dapat mendorong pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan menggunakan sumberdaya secara efisien.

Ada beberapa aspek yang diperiksa pada audit sistem informasi yakni audit secara keseluruhan menyangkut efektifitas, efisiensi, availability system, reliability, confidentiality, dan integrity, aspek security, audit atas proses, modifikasi program, audit atas sumber data, dan data file.

Audit sistem informasi sendiri merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu, antara lain traditional audit, manajemen sistem informasi, sistem informasi akuntansi, ilmu komputer, dan behavioral science.

Standar yang digunakan dalam mengaudit sistem informasi adalah standar yang diterbitkan oleh ISACA yaitu ISACA IS Auditing Standard. Selain itu ISACA juga menerbitkan IS Auditing Guidance dan IS Auditing Procedure.

 

Tujuan Audit Sistem Informasi

Tujuan audit sistem informasi menurut Ron Weber (1999:11-13) secara garis besar yaitu:

a.       Pengamanan Aset

Aset informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), sumber daya manusia, file data harus dijaga oleh suatu sistem pengendalian internal yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan aset perusahaan. Dengan demikian sistem pengamanan aset merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

b.      Menjaga Integritas Data

Integritas data (data integrity) adalah salah satu konsep dasar sistem informasi. Data memiliki atribut-atribut tertentu seperti: kelengkapan, kebenaran, dan keakuratan. Jika integritas data tidak terpelihara, maka suatu perusahaan tidak akan lagi memilki hasil atau laporan yang benar bahkan perusahaan dapat mengalami kerugian.

c.       Efektifitas Sistem

Efektifitas sistem informasi perusahaan memiliki peranan penting dalam proses pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif bila sistem informasi tersebut telah sesuai dengan kebutuhan user.

d.      Efesiensi Sistem

Efisiensi menjadi hal yang sangat penting ketika suatu komputer tidak lagi memilki kapasitas yang memadai atau harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih memadai atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat dikatakan efisien jika sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan user dengan sumber daya informasi yang minimal.

Perlunya Kontrol & Audit

Faktor-faktor yang mendorong pentingnya kontrol dan audit sistem informasi (Weber, 1999, p.6) adalah antara lain untuk :

a.       Mendeteksi agar komputer tidak dikelola secara kurang terarah

b.      Mendeteksi resiko kehilangan data.

c.       Mendeteksi resiko pengambilan keputusan yang salah akibat informasi hasil proses sistem komputerisasi salah/lambat/tidak lengkap.

d.      Menjaga aset perusahaan karena nilai hardware, software dan personil yang lazimnya tinggi.

e.       Mendeteksi resiko error komputer.

f.        Mendeteksi resiko penyalahgunaan komputer (fraud).

g.      Menjaga kerahasiaan

h.      Meningkatkan pengendalian evolusi penggunaan computer

 

C.    Audit Kecurangan (Fraud Audit)

Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja.

Jenis-jenis Kecurangan Audit

Kategori kecurangan audit atas laporan keuangan terbagi menjadi dua, yaitu pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva.

1.      Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabain jumlah jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan tersebut.

2.      Penyalahgunaan aktiva adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan seringkali mengkhawatirkan manajemen, tanpa memperhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian bernilai kecil menggunung seiring dengan berjalannya waktu.

3.      Sebab – sebab Kecurangan

 

Segitiga kecurangan atau biasa disebut dengan fraud triangle yang diuraikan dalam SAS 99 (AU 316) adalah sebagai berikut:

1.      Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan melakukan kecurangan.

2.      Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan.

3.      Sikap/rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkain nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka maerasionalisasi tindakan yang tidak jujur.

4.      Menilai Resiko Kecurangan

 

SAS 99 meberikan pedoman bagi auditor dalam menilai resiko kecurangan. Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisme profesional auditor atau bisa disebut juga dengan tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran absolut. Skeptisme profesional itu antara lain:

1.      Pikiran yang selalu mempertanyakan. SAS 99 menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa mempedulikan bagimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen.

2.      Evaluasi kritis atas bukti audit. Yakni mengungkapkan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan bahwa kemungkinan telah terjadi salah saji yang material akibat kecurangan, auditor harus menyelidiki permasalahannya secara mendalam, untuk memperoleh bukti tambahan sabagaimana yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan anggota tim lainnya.

3.      Komunikasi diantara tim audit. SAS 99 mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagai wawasan diantara anggota tim audit yang lebih berpengalaman serta berbagi pendapat.

4.      Pengajuan pertanyaan kepada manajemen. SAS 99 mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan dalam setiap audit.

5.      Faktor – faktor. SAS 99 mengharuskan auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor resiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk berbuat curang, atau sikap rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan tindakan yang curag.

6.      Prosedur analitis. Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi peristiwa tidak biasa yang mungkin mengindikasikan adanya salah saji yang material dalam laporan keuangan.

7.      Informasi lain. Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap tahap atau bagian audit ketika menilai resiko kecurangan.

8.      Pengawasan Tata Kelola Korporasi Untuk Mengurangi Resiko Kecurangan.

 

Berikut adalah beberapa cara untuk mengurangi resiko kecurangan:

1.      Menetapkan tone at the top.

2.      Menciptakan lingkungan kerja yang positif.

3.      Memperkerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat.

4.      Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan.

5.      Mengurangi resiko kecurangan.

6.      Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan.

7.      Respons Resiko Kecurangan

 

Manajemen sudah mempunyai program yang dirancang untuk mencegah, menghalangi dan mendeteksi kecurangan, serta pengendalian yang dirancang untuk mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, serta pegendalian yang dirancang untuk mengurangi resiko resiko kecurangan yang spesifik. Respons auditor terhadap resiko kecurangan meliputi hal-hal berikut:

1.      Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan.

2.      Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani resiko kecurangan.

3.      Meracang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian oleh manajemen.

4.      Bidang Resiko Kecurangan yang Spesifik

5.      Resiko pelaporan keuangan yang curang atas pendapatan. Sebagai konsekuensi dari seringnya kecurangan dalam pelaporan keuangan yang melibatkan pengakuan pendapatan.

6.      Tanda – tanda peringatan kecurangan pendapatan. Dua diantara tanda yang paling bermanfaat dalam hal peringatan kecurangan pendapatan adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.

7.      Penyalahgunaan penerimaan yang melibatkan pendapatan. Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelaporan pendapatan yang curang, kecurangan semacam ini bisa berdampak buruk terhadap organisasi karena aktiva langsung hilang.

8.      Kelalain mencatat penjualan. Salah satu kecurangan yang paling sulit dideteksi adalah apabila penjualan tidak dicatat dan kas dari penjualan itu dicuri.

9.      Pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat. Jika pembayaran dari seorang pelanggan dicuri, penagihan berkala atas rekening yang belum dibayar akan dengan

10.  Resiko pelaporan keuangan yang curang untuk persediaan. Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari bebarapa kasus besar pelaporan keuangan yang curang.

11.  Tanda – tanda peringatan kecurangan persediaan. Serupa dengan penipuan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukkan kecurangan persediaan.

12.  Resiko pelaporan keuangan yang curang untuk untuk utang usaha. Perusahaan mungkin melakukan upaya yang disengaja untuk merendah sajikan utang usaha dan melebih sajikan laba.

13.  Penyalahgunaan dalam siklus akuisisi dan pembayaran. Kecurangan dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif.

14.  Aktiva tetap. Aktiva tetap sebagai akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali didsarakan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif.

15.  Beban penggajian. Penggajian jarang menjadi beban yang signifikan bagi pelaporan keuangan yang curang. Tetapi, perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya tenaga kerja berlebih dalam persediaan.

16.  Tanggung jawab bila auditor dicurigai ada kecurangan.

Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Untuk mengumpulkan informasi tambahan auditor bisa memperolehnya dengan cara mengajukan pertanyaan. Berikut ini teknis – teknis pengajuan pertanyaan:

1.      Pertanyaan informasial. Biasanya auditor menginginkan informasi dari narasumber mengenai peristiwa atau proses dimasa lalu atau yang sedang berjalan saat ini.

2.      Pertanyaan penilaian. Untuk menguatkan atau menyangkal informasi sebelumnya.

3.      Pertanyaan interogatif. Digunakan untuk memastikan apakah setiap individu berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan pengetahuan yang penting tentang fakta, peristiwa, atau situasi penting, terutama bila auditor curiga narasumber sedang mengelabui atau menyembunyikan informasi.

4.      Evaluasi respons atas pengajuan pertanyaan. Agar informasi yang dibutuhkan didapatkan secara efektif.

5.      Teknik menyimak. Auditor harus terus memperhatikan dengan mempertahankan kontak mata, mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatakan tanda-tanda pemahaman lain.

6.      Mengamati petunjuk perikalu. Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan petanyaan akan mengevaluasi petunjuk lisan dan non lisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai.

 

D.    Audit Eksternal / Audit Keuangan

Apa itu Audit Eksternal?

Pengertian dari audit eksternal adalah sebuah audit yang dilakukan oleh badan eksternal yang memenuhi syarat-syarat. Audit eksternal menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami maka definisi dari audit eksternal adalah suatu pemeriksaan secara berkala pada pembukuan atau catatan dari suatu entitas yang dilakukan pihak ketiga secara independen.

 

Tujuan Audit Eksternal

Tujuan dari audit eksternal adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan tahunan perusahaan atau organisasi menyajikan kondisi yang riil tentang keadaan finansial perusahaan atau organisasi terkait. Selain itu apakah dana milik instansi tersebut telah benar-benar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati atau dimuat dalam konstitusi. Tetapi, auditor eksternal tidak memeriksa seluruh laporan keuangan satu demi satu secara mendetail karena akan membutuhkan waktu yang sangat lama, sementara mereka hanya memiliki waktu yang terbatas dalam menyelesaikan tugasnya. Jadi auditor hanya menguji beberapa sample transaksi untuk mengetahui validitasnya.

Hal-hal dibawah ini bukanlah tujuan utama audit eksternal yaitu:

1.      Menyiapkan laporan keuangan

2.      Menyatakan bahwa sistem kontrol keuangan intern yang selama ini dijalankan merupakan sistem yang efektif

3.      Memberikan catatan yang menyatakan “tidak terdapat masalah”

4.      Menyelidiki bawah laporan keuangan 100% dibuat tanpa ada kesalahan

 

Ciri-ciri Auditor Eksternal

1.      Berada di luar organisasi yang diperiksa

2.      Bertugas melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban

3.      Tujuan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan

4.      Hasil pemeriksaan lebih objektif

5.      Layak untuk diberikan kepada public

 

Fungsi Audit Eksternal

Memiliki fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan operasional dan bisnis dari suatu perusahaan, selain sistem pengawasan yang dilakukan oleh audit internal.


Source :

https://kamus.tokopedia.com/a/audit-internal/

https://www.mas-software.com/blog/apa-itu-audit-sistem-informasi

https://www.kompasiana.com/sutrihary/566a6050749773550538ba45/audit-kecurangan

https://kamus.tokopedia.com/a/audit-eksternal/#:~:text=%E2%80%9CAudit%20yang%20dilakukan%20oleh%20auditor,opini%20pemeriksa%20terhadap%20laporan%20keuangan.%E2%80%9D


Komentar

Postingan Populer