Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar membuat makalah tentang Manusia Cinta dan Kasih
Randy Adityanda
14117950
1KA27
Universitas Gunadarma
Daftar Isi
Kata Pengantar
Latar Belakang Manusia Cinta
dan Kasih
BAB I
A.
Pengertian Cinta dan Kasih
B.
Cinta Menurut Ajaran Agama
C.
Kasih Sayang
D.
Kemesraan
BAB II
A.
Pemujaan
B.
Belas Kasihan
C.
Cinta Kasih Erotis
BAB III
A.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Kata
Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manusia dan
Cinta Kasih.
Makalah ilmiah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah Manusia dan Cinta Kasih ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Latar Belakang Manusia dan Cinta Kasih
Cinta
merupakan pengalaman yang sangat menarik yang pernah kita alami dalam hidup
ini. Sangat disesali, orang pada umumnya masih bingung akan apakah itu cinta
sesungguhnya. Kebingungan mereka semakin bertambah ketika dunia perfilman
memperkenalkan arti cinta yang salah dimana penekanan akan cinta selau dititik
beratkan pada persaan dan cerita romantika
Hampir
setiap orang tidak pernah berpikir terntang apa dan bagaimana cinta itu.
Padahal berpikir tentang apa dan bagaimana inta itu, cinta bisa diibaratkan
sebagai suatu seni yang sebagaimanan bentuk seni lainnya sangat memerlukan
pengetahuan dan latihan untuk bisa menggapainya.
Ø
BAB I
A.
Pengertian Cinta dan Kasih
Menurut kamus umum Bahasa
Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta, Cinta adalah rasa sangat suka (kepada)
atau (rasa) saying (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik
hatinya. Sedangkan kata Kasih artinya perasaan saying atau cinta kepada atau
menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan,
sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu, cinta kasih dapat
diartikan sebagai perasaan suka (saying) ke[ada seseorang yang disertai dengan
menaruh belas kasihan.
Cinta kasih mengandung arti
hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih
mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan
kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan
secara nyata.
Cinta memegang peranan yang
penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan
perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat
dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah
pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah
Tuhan dengan ikhlas, mangikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada
syariat-Nya.
Pengertian tentang cinta
dikemukakan juga oleh Dr Sarlito W. Warwono. Dikatakanya bahwa cinta memiliki 3
unsur yaitu, Keterikatan, Keintiman, dan Kemesraan. Yang dimaksud dengan
keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas
untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Kalau janji
dengan dia harus ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh untuk dia. Unsur
yang kedua adalah Keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku
yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan
formal seperti bapak, ibu, saudara, digantikan dengan sekedar memanggil nama
atau sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa
rasa rishi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak
saling menyimpan rahasia dan lain-lain. Unsur yang ketiga adalah Kemesraan,
yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibeli, rasa kangen kalua jauh atau lama
tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapakan rasa sayang, dan
seterusnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut yang menunjukkan
cinta segitiga.
Cinta juga dapat diwarnai
dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetaqpi unsur keintiman dan
keterikatan yang kurang. Cinta seperti itu dinamakan cinta yang pincang, karena
garis-garis unsur cintanya tidak membuat segitiga sama sisi, seperti nyata pada
gambar berikut.
Lebih berat lagi bila salah
satu unsur cinta itu tidak ada, sehingga tidak terbentuk segitiga, cinta yang
demikian itu tidak sempurna, dan dapat disebutkan bukan cinta.
Cinta tingkat tertinggi adalah
cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah. Cinta tingkat
menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat.
Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga,
kerabat, harta dan tempat tinggal.
Bagi setiap orang Islam yang
bertakwa, sudah menejadi keharusan bahwa cinta kepada Allah, pada Rasulullah,
dan berjihad di jalan Allah, adalah merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal
ini merupakan konsekwensi iman dann merupakan keharusan dalam Islam. Bahkan
itau pendorong utama di dalam menunjang tinggi agama.
Tak diragukan lagi, bahwa
seorang yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya, ia akan
mencurahkan segala cintanya hanya kepada Tuhan. Karena ia telah meyakini bahwa
dzat Tuhanlah yang maha sempurna, maha indah dan maha agung. Tak ada satupun
sellain dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan
ketulusan iman yang sejati itulah yang harus diikuti karena dialah yang maha
tinggi, maha sempurna dan maha agung.
Hakekat cinta menengah adalah
suatu energi yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbbul dari oerasaan
seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan.
Karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka, semakin
akrab.
Adapun pengaruh yang
ditimbulkan oleh cinta menengah ini akan Nampak jelas hasilnya. Jika bukan
disebabkan perasaan kasih sayang yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati,
sepasang suami istri, tentu tidak akan terbentuk suatu keluarga, tak aka nada
keturunan, tak akan ada keturunan, tak akan terwujud asuhan, bimbingan, dan
pendidikan terhadap anak. Cinta tingkat rendah adalah cinta yang paling keji,
hina dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan.
Bentuknya beraneka ragam, misalnya:
1.
Cinta kepada thagut. Thagut adalah syetan, atau sesuatu yang disembah
selain Tuhan.
2.
Cinta berdasarkan hawa nafsu
3.
Cinta yang lebih mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri,
perniagaan dan tempat tinggal
B.
Cinta Menurut Ajaran Agama
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa
dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusiaa masih mendambakan
tegaknya cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengungkan lewat
lagu dan organisasi perdamaian dunia, tetapi di pihak lain dalam praktek
kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas dasar ini,
agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk.
Kadang-kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang-kadang mencintai
orang lain. Atau juga istri dan anaknya, hartanya atau Allah dan Rasulnya.
Berbagai bentuk cinta ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang
untuk tetap hidup, mengembanhkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri.
Pun ia mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya.
Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup,
berkembang dan mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci segala sesuatu
yang mendatangkan rasa sakit, penyakit
dan mara bahaya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap
dirinya sendiri ini, dan menghindari dari segala seseuatu yang membahayakan
keselamatan dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau
mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi
dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadapa dirinya
sendiri ialah kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapa merealisasikan
semua keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai
kesenangan dan kemewahan hidup. (QS. Al-Adiyat, 100:8)
Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu
berlebih-lebihan dan melewati batas. Sepatunya cinta pada diri sendiri ini
diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada
mereka.
Cinta kepada sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan
manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri
sendiri dan egoismenya. Pun hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan
cinta dan kasih sayang pada orang-orang lain, bekerja sama dengan dan memberi
bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat
tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh
kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk
memperoleh kebaikan serta kebkhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang
diperolehnya, setelha itu Allah langsung memberi pujian kepada orang-orang yang
berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan
melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, mengakkan
shalat, memberikan zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya,
dan menjauhi segala larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bisa
menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya pada orang
lain, dan dengan demikian akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan
masyarakat.
Al-Qur’an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta
mencintai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu
sesungguhnya terkandung pengarahan kepada pada mukmin agar tidak
berlebih-lebihan dalam mencintai diri sendiri.
Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan doronya seksual. Sebab ialah yang bekerja
dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan
istri. Ia merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan
keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksualah terbentuk keluarga.
Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi
ramai, bangsa-bangsa saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu
pengetahuan dan industry manjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan
tidak mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual
yang menyertai dorongan tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam diri
manusia yang tidak diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang disrukan
Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini, lewat pemenuhan dorongan
tersebut dengan cara yang sah, yaitu dengan perkawinan.
Cinta kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling being, jernih dan spiritual ialah
cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-nya. Tidak hanya dalam shalat,
pujian dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya.
Semua tingkah laku dan tindakkanya ditunjukkan kepada Allah, mengharapkan
penerimaan dan ridha-Nya :
“Katakanlah : “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu”. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS, Ali
Imran, 3:31)
Cinta
yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi
kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua
bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang
yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam
semesta. Sebab dalam pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai
manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spiritualnya
dan harapan kalbunya.
Cinta kepada Rasul
Cinta kepada Rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam
semesta, menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul
merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun
berbagai sifat luhur lainnya.
Seorang
mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah
yang telah menanggung derita dakwa Islam, berjuang dengan penuh segala
kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa
kemanusiaan dari kekelaman kesesatan menuju cahaya petunjuk.
C.
Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum Bahasa Indonesia karangan
W.J.S Poerwadarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka
kepada seseorang.
Dalam kehidupan beruah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan.
Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi
(pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka didalam berumahah tangga
keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih
mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.
Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak
dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling
pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan
utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab,
maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai
kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
Yang dapat merasakan kasih sayang bukan hanya suami istri atau istri
atau anak-anak yang telah dewasa, malinkan bayi yang masih merahpun telah dapat
merasakan kasih sayang dari ayah dan ibunya. Bayi yang masih merah telah dapat
mengenal suara atau sentuhan tangan ayah dan ibunya. Bagaimana sikap ibunya
memegang/menggendong telah dikenalnya. Hal ini karena sang bayi telah mempunyai
kepribadian.
Kasih sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara
anak dan orang tua. Pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagau hasil
curahan kasih sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak
boleh lepas dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Suatu hubungan yang
harmonis akan terjadi bila hal itu terjadi secara timbal balik antara orang tua
dan anak.
Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabakan seseorang menjadi
morfinis, keberandalan remaja, frustasi dan sebagainya, dimana semuanya dilator
belakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
Adanya kasih sayang ini mempengeruhi kehidupan si anak dalam masyarakat.
Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam-macam demikian pula
sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :
1.
Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik
berupa moral-materil dengan sebanyak-banyaknya, dan si anak menerima saja,
mengiyakan, tanpa memberikan respon. Hal ini menyebabkan si anak menjadi takut,
kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder,
sehingga si anak tidak mampu berdiri sendiri didalam masyarakat.
2.
Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap
orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan
saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian appa yang diperbuat si
anak.
3.
Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif
Disini jelas bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunya
sendiri-sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin,
tidak ada kasing sayang, masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur
sap ajika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
4.
Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan
sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan antara orang tua dan anak sangat intim
dan mesra, saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.
Kasih sayang itu nampak sekali bila seorang ibu sedang menyusui atau
menggendong, bayinya itu diajak bercakap-cakap, ditimang-timang, dinyanyikan,
meskipun bayi itu tak tahu arti kata-kata, lagu dan sebagainya.
D.
Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, yang artinya perasaan simpati
yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang
sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.
Filsuf Rusia, Salovjef dalam bukunya makna kasih mengatakan “jika seorang
pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar ke luar dari cinta diri, ia mulai hidup untuk
orang lain”.
Kemampuan mencinta memberi nilai hidup kita, dan menjadi ukuran
terpenting dalam menentukan apakah kita maju atau tidak dalam evolusi kita.
Dari uraian di atas terlohat betapa agung dan sucinya cinta itu. Bila
seseorang mengobral cinta, maka orang itu merusak nilai cinta, yang berarti
menurunkan martabat dirinya sendiri. Cinta yang berlanjut meninmbulkan
pengertian mesra atau kemesraan, kemesraan adalah perwujudan dari cinta.
Kemesraan cinta tidak saja terpatri dalam lubuk hati masing-masing tetapi juga
memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan belaian-belaian mesra
jari-jemari mereka yang bergetar.
Ø
BAB II
A.
Pemujaan
Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya
yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan
kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apa sebab
itu terjadi karena Tuhan mencipta alam semesta. Seperti dalam surat Al-Furqon
ayat 59-60 yang menyatakan, “Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta
apa-apa diantara keduanya dalam enam rangkaian masa, kemudian dia bertahta di
atas singgasana-Nya. Dia maha pengasih, maka tanyakanlah kepada-Nya tentang
soal-soal apa yang perlu diketahui”. Selanjutnya ayat 60, “Bila dikatakan
kepada mereka, sujudlah kepada Tuhan yang maha pengasih”.
Tuhan adalah pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila
manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu
mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja-Nya.
Dalam surat Al-Mu’minin ayat 98 dinyatakan, “Dan aku berlindung kepada-Mu. Ya
Tuhanku, dari kehadiran-Nya di dekatku.
Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada Tuhan adalah
bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu
sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia.
Kalau manusia cinta kepada Tuhan, karena Tuhan sungguh maha pengasih
lagi maha penyayang. Kecintaan manusia itu dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan
atau sholat. Dalam surat An-Nur ayat 41 antara lain menyatakan, “apakah engkau
tidak tahu bahwasanya Allah itu dipuja olah segala yang ada di bumi dan
dilangit…”.
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan
agama, kepercayaan, kondisi, dan situasi. Sholat di rumah, di masjid,
sembahyang di pura, di candi, di gereja bahkan ditempat-tampat yang dianggap
keramat merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap
Tuhan.
Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi
dengan Tuhannya, hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon
perlindunagn, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang
benar, mohon ditambahkan segala kekurangan yang ada padanya, dan lain-lain.
Bila setiap hari sekian kali manusia memuja kebesarannya dan selalu
mohon apa yang kita innginkan, dan Tuhan selalu mengabulkan permintaan
umat-Nya, maka wajarlah cinta manusia kepada Tuhan adalah cinta mutlak. Cinta
yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Alangkah besar dosa kita, apabila kita tidak
mencintai-Nya, meskipun hanya dalam sekejap.
B.
Belas Kasihan
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada tiga macam cinta. Cinta agape ialah
cinta manusia kepada Tuhan. Cinta philia ialah cinta kepada ibu bapak (orang
tua) dan saudara. Dan ketiga cinta Amor/eros ialah cinta antara pria dan
wanita. Beda antara cinta eros dam amor ini ialah cinta eros karena kodrati
sebagai laki-laki dan perempuan, sedangkan cinta amor karena unsur-unsur yang
sulit dinalar, misalnya gadis normal yang canti mencintai dan mau dinikahi
seorang pemuda yang kerdil.
Disamping itu masih ada cinta lagi terhadap sesama. Cinta terhadap
sesama merupakan perpaduan antara cinta agape dan cinta philia.
Cinta sesama ini diberikan istilah belas kasihan untuk membedakan antara
cinta kepada orang tua, pria-wanita, cinta kepada Tuhan.
Dalam cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta
disini bukan karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena
penderintaannya. Penderitaan ini mengadung arti yang luas. Mungkin tua,
sakit-sakitan, yatim, yatim piatu, penyakit yang dideritanya, dan sebagainya.
Jadi kata kasihan atau rahmah berarti bersimpati kepada nasib atau
keadaan yang diderita orang lain. Kemudian apa bedanya Rahmah dengan Rahman ?
kalau Rahman ada unsur memberi. Misalnya seseorang memusuhi kita, tetapi kita
tidak membalasnya, malahan kita jadikan dia sebagai teman baik. Jadi pengertian
rahmah adalah kita manruh perhatian (simpati) terhadap penderitaan orang lain.
Lalu kita menunjukkan jalan keluar kepadanya. Tetapi kalau kita menaruh rasa
simpati kepada orang yang tidak dalam kesulitan , sehingga menyebabkan rusak
(menjerumuskan), maka hal itu disebut memanjakan.
Dalam surat Al-Qolam ayat 4, maka manusia menaruh belas kasihan kepada
orang lain, karena belas kasihan adalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan
orang yang berbudi sangat dipujikan oleh Allah SWT.
Perbuatan atau sifat menaruh belas kasihan adalah orang yang berakhlak.
Manusia mempunyai potensi untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia
menggugah potensi belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka
berarti orang berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.
C.
Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih kesaudaraan merupakan cinta kasih antar orang-orang yang
sama-sama sebanding, sedangkan cinta kasih ibu meruppakan cinta kasih terhadap
orang-orang yang lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara
kedua jenis tersebut, kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada hakekatnya
cinta kasih tidak terbatas kepada seseorang saja. Bila saya kasihi saudara
saya, semua anak saya, disamping itu bahkan saya kasihi semua anak-anak yang
membutuhkan saya. Berlawanan dengan kedua jenis cinta kasih tersebut ialah
cinta kasih erotis, yaitu kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan
dengan seseorang lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat
eksflusif, bukan universal, dan juga barangkali merupakan berntuk cinta kasih
yang paling tidak dapat dipercaya.
Pertama-tama cinta kasih erotis kerap kali dicampurbaurkan dengan
pengalaman yang eksplosif berupa jatuh cinta, yaitu keruntuhan tiba-tiba tembok
yang sampai waktu itu terdapat diantara dua orang yang asing satu sama lain.
Tetapi seperti yang telah dikatan terlebih dahulu, pengalaman intimitas,
kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara saja. Bilamana
orang asing tadi telah menjadi seseorang yang diketahui secara intim, tak ada
lagi rintangan yang harus diatasi, tidak ada lagi kemesraan tiba-tiba yang
harus diperjuangkan. Pribadi yang dicintai telah dipahami orang seperti dirinya
sendiri. Atau barangkali harus dikatan “kurang” dipahami seperti dirinya
sendiri. Apabila terdapat perasaan yang telah mendalam terhadap pribadi seperti
yang lain apabila orang dapat mengalami ketakterhitungan pribadinya sendiri,
maka pribadi orang lain tidak pernah akan begitu biasa baginya, dan keajaiban
mengatasi rintangan-rintangan dapat terjadi lagi berulang-ulang tiap haru.
Tetapi, untuk kebanyakan orang pribadinya, seperti juga pribadi orang lain,
mudah dipahami cukup lengkap. Untuk mereka intimitas atau kemesraan itu
terutama diperoleh dengan cara hubungan seksual. Karena mereka mengalami
keterpisahan orang lain terutaman sebagai keterpisahan fisik, maka dengan
mengadakan penyatuan fisik, orang telah mengatasi keterpisahan tersebut,
demikian anggapannya.
Disamping itu terdapat pula factor-faktor lain yang untuk banyak orang
mempunyai arti sebagai cara-cara mengatasi keterpisahan, seperti bercakap-cakap
tentang kehidupan diri pribadi, tentang pengharapan-pengharapan dan
kecemasan-kecemasannya, menampakkan diri dengan segi-segi keanehannya,
mengadakan hubungan dan minat yang sama terhadap dunia sekitar, semuanya itu
dilaksanakan untuk mengatasi keterpisahan. Bahkan dengan memperlihatkan
kemarahannya, kebenciannya, dan memperlihatkan kekurangannya menahan diri,
semuanya dianggap bahwa telah dicapai intimitas. Hal ini dapa menerangkan
adanya daya taru perversi (busuk). Yang kerap kali terdapat diantara sepasang
pengantin yang rupa-rupanya hanya dapat berdekatan (intim) yang saru terhadap
yang lain bila meraka berada di tempat tidur atau bila mereka saling
melepaskkan amarahnya terhadap satu sama lain. Tetapi semua jenis intimitas
semacam ini kian lama cenderung untuk berkurang. Akibatnya ialah bahwa orang
mencari hubungan cinta kasih dengan orang lain, dengan seorang asing baru yang
kemudia pada gilirannya diubah lagi menjadi dangkal sehingga berakhir dengan
keinginan untuk menaklukannya sekali lagi, untuk memperoleh cinta baru lagi,
senantiasa dengan berilusi bahwa cinta yang baru itu akan berbeda pula dengan
yang sudah-sudah. Ilusi-ilusi ini sangat mudah diperoleh karena sifat keinginan
seksual yang sangat mudah menipu diri sendiri.
Keinginan seksual menuju kepada penyatuan diri, tetapi sekali-kali bukan
merupakan nafsu fisis belaka, untuk meredakan ketegangan yang menyakitkan.
Keinginan seksual dapat distimuli, dirangsang oleh ketakutan karena sepi, oleh
keinginan untuk menaklukan atau untuk ditaklukan, oleh keangkuhan, oleh
keinginan untuk menyakiti, bahkan oleh keinginan untuk memusnahkan. Semua itu,
dapat memberikan stimulasi yang sama beratnya dengan cinta kasih. Rupa-rupamya
keinginan seksual dengan mudah dapat dicampuri atau distimulasi oleh tiap-tiap
perasaan yang mendalam, sedangkan cinta kasih merupakan salah satu
diantarannya. Oleh karena bagi kebanyakan orang keinginan seksual senantiasa
disamakan dengan gagasan cinta kasih, mereka mudah terbawa oleh kesimpulan ang
salah bahwa mereka sedang mencintai dan mengasihi yang lain, sedangkan yang
sebenarnya terjadi ialah bahwa mereka saling menginginkan secara fisis.
Ø
BAB III
A.
Kesimpulan
Manusia pada hakikatnya tidak akan dapat terpisahkan dari cinta kasih
dan sayang, cinta kasih ideal itu adanya tiga unsur yaitu keterikatan,
keintiman dan kemesraan atau sering juga disebut segitiga cinta yang satu sama
lain harus sinergi, selaras, seimbang satu sama lain.
Cinta dan kasih mengandung arti yang hampir sama, tapi antara keduanya
terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang
mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa
mengarah kepada yang dicintai. Cinta itu mulia, bisa sangat indah, cinta itu
sebuah kebahagiaan, tetapi manakala cinta itu tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan, apa yang diperkirakan dana pa yang didambakan bertolak belakang
dari kenyataan yang sudah terlanjur tercipta dalam angan-angan maka cinta bisa
sangat menyakitkan dan menimbulkan penderitaan yang luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Digital Books Universitas Gunadarma
Komentar
Posting Komentar