Tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar membuat makalah tentang Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesustraan
Randy Adityanda
14117950
1KA27
Universitas Gunadarma
Daftar Isi
Kata Pengantar
Latar Belakang Konsepsi Ilmu
Budaya Dasar dalam Kesusastraan
BAB I
A.
Pendekatan
Kesusastraan
B.
IBD yang Dihubungkan dengan
Prosa
BAB II
A.
Nilai-nilai dalam Prosa
Fiksi
B.
IBD yang Dihubungkan dengan Fiksi
BAB III
A.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Kata
Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsepsi Ilmu
Budaya Dasar dalam Kesusastraan.
Makalah ilmiah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Latar Belakang Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan
Keutuhan manusia sebagai
pribadu dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan, dan meresapkan
nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu
bagian dari kebudayaan.
Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah
memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif
dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif,
yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seolah-olah kita memasuki suatu
alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang nampaknya rupa
seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-kadang seni
rupa itu lebih disamakan dengan seni visual.
Ø
BAB I
A.
Pendekatan Kesusastraan
IBD, yang
semula dinamakan Basic Humanities,
berasal dari Bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa
latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, lebih berbudaya dan lebih
halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita
sebagai homo humanus.
Hampir
disetiap jaman, seni termasuk sastrar memegang peranan yang penting dalam the
humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan,
dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam
filsafat atau agama. Disbanding dengan cabang the humanities yang lain, seperti
misalnya ilmu Bahasa, seni memegang peranan yang penting, karena nilai-nilai
kemanusiaan yang disampaikannya normatif.
Karena seni
adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni adalah mudah berkomunikasi.
Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik
isinya maupun cara penyampainnya.
Hampir
disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama,
karena sastra mempergunakan Bahasa. Sementara itu, Bahasa mempunyai kemampuan
untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk
memahami dirinya sendiri, yang kemudia melhirkan filsafat, manusia
mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian
melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan Bahasa. Dalam usahanya untuk
mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu sosial,
manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan Bahasa pada
hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk
berkomunikasi.
Sastra juga
lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah
penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan Bahasa,
adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang
berkomunikasi.
Sastra juga
didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan
cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang
tidak normatif. Cabang-cabang seni yang lain juga menarik tanpa cerita, akan
tetapi sulit bagi penciptanya mengemukakan gagasannya. Dalam musik misalnya, kata-kata
penciptanya tertelan oleh melodinya.
Karena seni
memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga
penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media
penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu mengkap
hal yang lepas dari pengamatan orang lain.
B.
Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan dengan Prosa
Istilah prosa
benyak padanannya. Kadang-kandang disebut narrative fiction, prose fiction atau
fiction saja. Dalam Bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi
cerita rekaan dan didefinisakan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang
mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal
atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel,
atau cerita pendek.
Dalam
kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis
prosa lama dan prosa baru.
A. Prosa lama meliputi
1.
Dongeng-dongeng
2.
Hikayat
3.
Sejarah
4.
Epos
5.
Cerita pelipur
lara
B. Prosa baru meliputi
1.
Cerita Pendek
2.
Roman/Novel
3.
Biografi
4.
Kisah
5.
Otobiografi
Ø
BAB II
A.
Nilai-nilai Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni
yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi)
langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan
perkataan lain prosa mempunya nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra.
Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1.
Prosa fiksi
memberikan kesenangan
Keistimewaan
kesenangan yang diperoleh dari pembaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau
kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk
mengenal daerah atau tempat yang asing. Yang belum dikunjunginya atau yang tak
mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh
yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya
untuk mencapai sukses.
2.
Prosa fiksi
memberikan informasi
Fiksi
memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensklopedi. Dalam
novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau
laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan
juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3.
Prosa fiksi
memberikan warisan kultural
Prosa fiksi
dapat menstimulasi imajinasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak
henti-hentinya dari warisan budaya bangsa
Novel seperti
Siti Nurbaya, salah asuhan, sengsara membawa nikamat, layar terkembang
mengungkapkan impian-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi
yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Novel yang berlatar
belakang perjuangan revolusi seperti jalan tak ada ujung, misalnya
menggambarkan suatu tindakan heroism yang mengagumkan secara fisik. Dan oleh
karena mahasiswa tidak lagi mengalami secara fisik itulah, jiwa kepahlawanan
perlu disentuhkan lewat hasil-hasil sastra.
4.
Prosa memberikan
keseimbangan wawasan
Lewat prosa
fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman
dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih
respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda
daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
Adanya
semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang
memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan
wawasannya tentang tokoh, hidup dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh
pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama
dalam menghadapi kenyataan-kenyataan diluar dirinya yang mungkin sangat berlainan
dari probadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi,
tetapi ternyata mendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan
psikologis, seperti dikisahkan novel belenggu, adalah contoh kemingkinan yang
tidak mungkin, tetapi justru dari sinilah pembaca memperluas perspektifnya
tentang kehidupan manusia.
Berkenaan
dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi 2, karya sastra yang
menyuarakan aspirasi jamannya, dan karya sastra yang menyuarakan gejolak
jamannya. Ada juga yang tentunya menyuarakan kedua-duanya.
Karya sastra
yang menyuarakan aspirasi jamanya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang
dikehendaki jamanya. Kebanyakan karya sastra Indonesia di jaman Jepang yang
dikelompokkan kedalam kelompok ini.
Karya sastra
yang menyuarakan gejolak jamanya, biasanya tidak mengajak oembaca untuk
melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.
Kedua macam
karya sastra itu selalu menyampaikan masalah. Masalah ini disampaikan dengan
jalan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya. Masing-masing tokoh mempunyai
temperamen, pendirian, dan kemauan yang berbeda-beda. Perbedaan ini menimbulkan
konflik. Konflik dapat terjadi baik didalam diri tokoh sendiri maupun diantara
tokoh satu dengan tokoh lainnya.
Ilmu Budaya
Dasat menitik beratkan pada manusia dengan segala persoalannya. Manusia dan
cinta kasih, manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan, manusia dan
keadilan, manusia dan pandangan hidup, manusia dan tanggung jawab serta
pengabdian, amnduai dan kegelisahan, manusia dan harapan.
B.
Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan dengan Puisi
Pembahasan
puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasat tidak akan diarahkan pada
tradisi Pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni. Puisi
dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema
atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Puisi
termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan keseniang
cabang/unsur dari kebudayaan. Kalau diberi batasan, maka puisi adalah ekspresi
pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui
media Bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan
kata-katanya.
Kepuitisan,
kertistikan atau keestetikan Bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas oenyair
dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1.
Figura Bahasa
(figurative language) seperti gaya personifikaasi, metafora oleh kreativitas
penyair alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidupp, menarik, dan
memberik kejelasan gambaran angan.
2.
Kata-kata yang
ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.
Kata-kata berjiwa
yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan
pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.
Kata-kata yang
konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan
asosiasi-asosiasi tertentu.
5.
Pengulangan, yang
berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih
menggugah hati.
Dibalik
kata-katanya yang padat, ekonomis dan sukar dicerna maknanya itu, puisi berisi
potret kehidupan manusia. Puisi menyuguhkan kepada kita suasanan-suasanan dan
peristiwa-peristiwa kehidupan manusia dan juga dalam kaitan kehidupannya dengan
alam dan Tuhan. Ia merupakan hasil penghayatan dan pengalaman penyair terhadap
kehidupan manusia, terhadap alam dan Tuhan yang diekspresikannya melalui Bahasa
yang astistik.
Adapun
alasan-alasan yang medasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar
adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan puisi
dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan
penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Ini
berarti bahwa manusia hidupnnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang
terbatas. Dengan pengalaman oerwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada
para mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang penting untuk dapat
melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan tentang masyarakat.
Pendekatan
terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang
disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup
sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
2.
Puisi dan
keinsyafan/kesadaran individual
Dengan
membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran
manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang
penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, aia menjelaskan
pengalaman setiap orang.
3.
Puisi keinsyafan
sosial
Puisi juga
memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebahai mahkluk sosial,
yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara imaginative puisi dapat
menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
-
Penderitaan atas
ketidakadilan
-
Perjuangan untuk
kekuasaan
-
Konflik dengan
sesamanya
-
Pemberotakan
terhadap hukum Tuhan.
Puisi-puisi umumnya sarat akan nilai-nilai etika,
estetika dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak
mewarnai puisi-puisi adalah cinta dan kasih (yang terpaut didalamnya kasih
saying, cinta, kemesraan dan renungan).
Rendra dengan puisinya “Episode” misalnya, melukiskan
betapa kemesraan cinta begitu merasuk kedalam jiwa dua sejoli muda-mudi yang
sedang manjalin cinta.
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumah
pohon jambu dihalaman ini
berbuah dengan lebatnya
dan kami seang memandangnya
angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
tiba-tiba ia bertanya :
“mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?”
aku hanya tertawa
lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku
sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya
Kemesraan cinta tidak
saja terpatri dalam lubuk hati masing-masing tetapi juga memancar dari
sinar mata kedunya yang bening dan belaian-belaian mesra jari jemari mereka
yang bergetar.
Cinta kasih itu kadang-kadang tidak berdiri sendiri,
ia sering berpadu dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lain seperti penderitaan
(kesepian, kesedihan, keputusan, dll)
“Padamu jua”, misalnya mengungkapkan pandangan hidup ketuhanan
dan ratapan hati Amir Hamzah yang hancur luluh karena tali cintanya yang telah
begitu mesra dengan seorang gadis jawa direngut dan diputuskan oleh ayahnya,
yang akan menjodohkan puteranya dengan gadus pilihan ayahnya yang masih
terbilang kemenakannya sendiri.
Padamu Jua
habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali akan padamu
seperti dulu
kaulah kandil kemerlap
pelita jendela dimalam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu
satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa
suara sayup
hanya kata merangkai hati
engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas
nanar aku, aku sasar
saying berulang padamu jua
engkau pelik menarik angina
seruppa dara dibalik tirai
kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu bukan giliranku
matahari kawanku…
Ø
BAB III
A.
Kesimpulan
Sastra
meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti
catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan
sebagainya. Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan Ilmu Budaya
Dasar, karena meteri-materi yang diulas oleh Ilmu Budaya Dasar ada yang
berkaitan dengan sastra dan seni. Budaya Indonesia sangat menunjukkan adanya
sastra dan seni didalamnya.
Keutuhan
manusia sebagai pribadi dapat memungkinakn melalui pemahaman, penghayatan, dan
meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai
salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
dianugerahi pikiran, perasaan, dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara
budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif,
maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Daftar
Pustaka
Ø
Digital Books
Universitas Gunadarma
Komentar
Posting Komentar