Strategi Membangun Aplikasi Teknologi Layanan Manajemen Sistem Informasi dalam Meningkatkan Profit Perusahaan

Disusun oleh
Randy Adityanda                     | 14117950


Universitas Gunadarma





Pengertian Manajemen Layanan Sistem Informasi

Manajemen Layanan Sistem Informasi adalah suatu metode pengelolaan sistem informasi(SI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen layanan SI terhadap bisnis perusahaan.
Manajemen Layanan Sistem Informasi berfokus pada proses dan karenanya terkait dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan perbaikan proses (seperti Six Sigma, ERP, dsb) Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola, melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan aktivitas yang terkait dengan sistem informasi dan interaksi antara personel teknis TI dengan pengguna teknologi informasi.
Manajemen Layanan Sistem Informasi umumnya menangani masalah operasional manajemen sistem informasi dan bukan pada pengembangan teknologinya sendiri. Contohnya, proses pembuatan software komputer untuk dijual bukanlah fokus dari disiplin ini, melainkan sistem komputer yang digunakan oleh bagian pemasaran dan pengembangan bisnis di perusahaan perangkat lunak-lah yang merupakan fokus perhatiannya. Banyak pula perusahaan non-teknologi, seperti pada industri keuangan, ritel, dan pariwisata, yang memiliki sistem TI yang berperan penting, walaupun tidak terpapar langsung kepada konsumennya.


Image result for manajemen layanan sistem informasi 

Saat ini penerapan teknologi informasi dan komunikasi diperlukan dalam dunia bisnis sebagai alat bantu dalam upaya memenangkan persaingan. Pembangunan Teknologi Informasi Perusahaan dilakukan secara bertahap sebelum sebuah sistem holistik atau menyeluruh selesai dibangun, hal tersebut disesuaikan dengan kekuatan sumber dayayang dimiliki. Dalam penerapannya rencana strategis TeknologiInformasi senantiasa diselaraskan dengan Rencana Perusahaan, agarsetiap penerapan Teknologi Informasi dapat memberikan nilai bagi Perusahaan. Mengacu kepada Arsitektur Teknologi Informasi Perusahaan pembangunan, penerapan Teknologi Informasi yang dilakukan dikategorikan sebagai berikut :


·   Aplikasi Teknologi Informasi yang menjadi landasan dari berbagai aplikasi lain yang ada di dalam Perusahaan antara lain sistem operasi, basis data, network management dan lain-lain.
· Aplikasi yang sifatnya mendasar (utility) yaitu aplikasi Teknologi Informasi yang dipergunakan untuk berbagai urusan utilisasi sumber daya Perusahaan anatara lain sistem penggajian, sistem akuntansi & keuangan dan lain-lain.
·  Aplikasi Teknologi Informasi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik Perusahaan terutama yang berkaitan dengan proses penciptaan produk/jasa yang ditawarkan Perusahaan antara lain Aplikasi Properti, Aplikasi Forwarding dan Aplikasi Pergudangan.

Departemen IT sering kali dipandang sebelah mata karena merupakan departemen yang hanya bisa menghabiskan uang tanpa bisa menghasilkan uang, hal inilah yang kadang menjadi problematika tersendiri bagi departemen IT di perusahaan. Terkadang banyak perusahaan memandang sebelah mata akan peran IT dalam menunjang proses di Perusahaan tersebut, memang belum banyak alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar IT berperan atau ikut andil dalam memajukan perusahaan ?
Beberapa penerapan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi antara lain dalam perusahaan, dunia bisnis, sektor perbankan, pendidikan, dan kesehatan. Dan yang akan dibahas disini adalah khusus penerapan Teknologi Infromasi dan Komunikasi dalam Perusahaan.
Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi menyebabkan perubahan bada kebiasaan kerja. Misalnya penerapan Enterprice Resource Planning (ERP). ERP adalah salah satu aplikasi perangkat lunak yang mencakup sistem manajemen dalam perusahaan, cara lama kebanyakan
Untuk dapat mengetahui andil departemen IT di perusahaan adalah dengan mengetahui keuntungan-keuntungan penerapan teknologi IT di perusahaan tersebut, misalnya :
1.           Yang tadinya manual menjadi otomatis, dan hal ini mengurangi biaya untuk tenaga kerjanya, biaya untuk kertas, alat tulis, dll.
2.      Waktu mengerjakan yang lebih cepat dengan adanya IT. Sebab dengan IT ini akan memperbendek rantai birokrasi, yang tadinya selesai dalam 1 minggu dengan IT hanya butuh waktu 1 hari. Apabila waktu tadi kita konversikan ke biaya maka akan mendapatkan penghematan sekian rupiah.
3.             Pengambilan keputusan yang lebih cepat, karena dengan IT maka data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat. Hal ini tentu saja akan menjadikan perusahaan menjadi lebih kompetitif. Sebab dampaknya akan sangat besar bisa jadi karena pengambilan keputusan yang lambat sebuah perusahaan akan kehilangan banyak order.
4.              Dengan penerapan teknologi IT kita akan dapat menghemat baiaya promosi dan pemasaran, karena promosi lewat web site akan sangat murah dan konsumen dapat melihat profil perusahaan dari mana saja diseluruh dunia.
5.             Dengan IT maka sistem akan dapat terintegrasi disemua kantor atau perusahaan sehingga hal ini akan dapat meningkatkan kecepatan dalam merespon sesuatu dan pihak manajemen akan dengan cepat mengetahui kondisi perusahaannya tanpa harus berkunjung ke kantor cabang yang jauh dan memakan biaya transportasi.
Jadi sebenarnya penerapan IT ini akan sangat menghemat biaya di semua aspek, baik tenaga kerja, proses, pemasaran, maupun manajemen. Dan penerapan IT ini juga akan dapat mempercepat kemajuan perusahaan, dengan semain meningkatnya margin perusahaan.

Untuk mengetahui secara pasti berapa keuntungan yang dihasilkan oleh IT maka Anda dapat menghitungnya dari penghematan-penghematan yang dihasilkan perusahaan Anda sebagai imbas dari penerapan IT dikonversikan ke Rupiah, dan kemajuan-kemajuan yang dicapai perusahaan anda dari penerapan IT ini, maka akan muncul angka yang cukup signifikan.

Sistem Informasi secara umum mempunyai beebrapa peranan dalam perusahaan, diantaranya sebagai berikut:
1.             Minimize risk
Setiap bisnis memiliki risiko, terutama berkaitan dengan factor faktor keuangan. Pada umumnya risiko berasal dari ketidakpastian dalam berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada diluar control perusahaan. Saat ini berbagai jenis aplikasi telah tersedia untuk mengurangi risiko-risiko yang kerap dihadapi oleh bisnis seperti forecastingfinancial advisoryplanning expert dan lain-lain. Kehadiran teknologi informasi selain harus mampu membantu perusahaan mengurangi risiko bisnis yang ada, perlu pula menjadi sarana untuk membantu manajemen dalam mengelola risiko yang dihadapi.

2.             Reduce costs
Peranan teknologi informasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha pengurangan biaya-biaya operasional perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut biasanya ada empat cara yang ditawarkan teknologi informasi untuk mengurangi biaya-biaya kegiatan operasional yaitu:
·                Eleminasi proses
Implementasi berbagai komponen teknologi informasi akan mampu menghilangkan atau mengeliminasi proses-proses yang dirasa tidak perlu. Contoh call center untuk menggantikan fungsi layanan pelanggan dalam menghadapi keluhan pelanggan.
·              Simplifikasi proses
Berbagai proses yang panjang dan berbelit-belit (birokratis) biasanya dapat disederhanakan dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi informasi. Contoh order dapat dilakukan melalui situs perusahaan tanpa perlu datang ke bagian pelayanan order.
·                Integrasi proses
Teknologi informasi juga mampu melakukan pengintegrasian beberapa proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis (secara langsung akan meningkatkan kepuasan pelanggan juga).
·                Otomatisasi proses
Mengubah proses manual menjadi otomatis merupakan tawaran klasik dari teknologi informasi.

3.             Add Value
Peranan selanjutnya dari teknologi informasi adalah untuk menciptakan value bagi pelanggan perusahaan. Tujuan akhir dari penciptaan value tidak sekedar untuk memuaskan pelanggan, tetapi lebih jauh lagi untuk menciptakan loyalitas sehingga pelanggan tersebut bersedia selalu menjadi konsumennya untuk jangka panjang.

4.             Create new realities
Perkembangan teknologi informasi terakhir yang ditandai dengan pesatnya teknologi internet telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan, yaitu di dunia maya. Berbagai konsep e-business semacan ecommerceeprocurementecustomereloyalty, dan lain-lainnya pada dasarnya merupakan cara pandang baru dalam menanggapi mekanisme bisnis di era globalisasi informasi.

Bagi beberapa perusahaan, sebuah strategi IT tidak selalu pada kasus yang formal. Walaupun dinamakan perencanaan Sistem Informasi (IS) “Strategic”, arsitektur aplikasi, data, teknologi dan proses manajemen IS, yang terdiri dari standar pengembangan dan pelaporan, semuanya disajikan dengan rencana, proses dan kebutuhan dari bisnis yang ada saat ini. Tidak ada acuan atau philosofi untuk kegunaan teknologi di perusahaan dan tidak terkesan adanya aturan yang signifikan dalam menentukan strategi mana yang lebih efektif, menguntungkan dan dapat dikerjakan dengan mudah.
Dalam lingkungan konvensional, hubungan antara strategi kompetitif perusahaan dan manfaat penggunaan IT dikembangkan melalui beberapa lapisan; dari perencanaan, analisa dan perancangan. Dapat dipahami bila pada ligkungan sseperti ini IT memiliki pengaruh yang kecil terhadap strategi kompetitif perusahaan. Sejalan dengan semakin luasnya pemanfaatan IT di lingkungan bisnis, semakin terlihat tidak ada lagi pemisahan antara IT dan Strategi kompetitif perusahaan, karena semua strategi kompetitif harus memiliki IT sama halnya dengan memiliki marketing, produsen dan keuangan.
Strategi IT membantu manager untuk mendefinisikan batasan pembuatan keputusan untuk tindakan berikutnya, tapi menghentikan dengan singkat dalam menentukan tindakan untuk dirinya sendiri. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara Strategi IT dan perencanaan IT. Strategi IT merupakan kumpulan prioritas yang menguasai pembuatan keputusan bagi user dan proses data profesional. Hal itu merupakan bentuk aturan framework untuk kegunaan IT dalam perusahaan, dan menjelaskan bagaimana seorang eksekutif senior pada perusahaan akan berhubungan pada infrastruktur IT. Perencanaan IT pada hal lain, memfokuskan pada pelaksanaan dari Strategi IT.
Perencanaan Strategis Sistem Informasi diperlukan agar sebuah organisasi dapat mengenali target terbaik untuk melakukan pembelian dan penerapan sistem informasi manajemen dan menolong untuk memaksimalkan hasil dari investasi pada bidang teknologi informasi. Sebuah sistem informasi yang dibuat berdasarkan Perancangan Startegis Sistem Informasi yang baik, akan membantu sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnisnya dan merealisasikan pencapian bisnisnya. Dalam dunia bisnis saat ini, penerapan dari teknologi informasi untuk menentukan strategi perusahaan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan performa bisnis.
Strategi TI diperlukan untuk :
·                Pengetahuan mengenai teknologi baru
·                 Dilibatkan dalam perencanaan taktis dan strategis
·                Dibahas dalam diskusi perusahaan
·                Memahami kelebihan dan kekurangan teknologi
Dengan semakin berkembangnya peranan teknologi informasi dalam dunia bisnis, maka menuntut manajemen SI/TI untuk menghasilkan Sistem Informasi yang layak dan mendukung kegiatan bisnis. Untuk itu, dituntut sebuah perubahan dalam bidang manajemen SI/TI. Perubahan yang terjadi adalah dengan diterapkannya Perancangan Strategis Sistem Informasi untuk memenuhi tuntutan menghasilkan SI yang mendukung kegiatan bisnis suatu organisasi. Seiring dengan perkembangan zaman dan dunia bisnis, peningkatan Perencanaan Strategis Sistem Informasi menjadi tantangan serius bagi pihak manajemen SI/TI.
SI/TI sebagai Enabler, Organisasi/perusahaan dituntut untuk mengaplikasikan teknologi bukan hanya untuk menjaga eksistensi bisnisnya melainkan juga untuk menciptakan peluang dalam persaingan. Pemahaman mengenai peran pengembangan teknologi dan sistem informasi diperlukan untuk mengelola teknologi dan sistem informasi dalam organisasi itu sendiri.

Outsourcing Sistem Informasi Rumah Sakit

                               Image result for manajemen layanan sistem informasi

A.          Pendahuluan
Sistem informasi rumah sakit merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh seluruh tingkat rumah sakit secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an.
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.
Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani traksaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien.
Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya.
Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.
B.           Sistem Informasi Rumah Sakit
Pada umumnya saat ini sistem informasi yang ada di beberapa rumah sakit dapat digambarkan sebagai berikut:
1.             Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama.
2.             Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3.             Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4.             Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.
5.             Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
Sistem Informasi Rumah sakit harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan antar unit kerja. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1.             Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).
Yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
1.             Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
2.             Informasi yang tersedia, tidak relevan.
3.             Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
4.             Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
5.             Terlalu banyak informasi.
6.             Informasi yang tersedia, tidak akurat.
7.             Adanya duplikasi data (data redundancy).
8.             Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

2.             Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3.             Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
a.              Perkembangan organisasi tersebut
Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
b.             Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:
1.             Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkat keras.
2.             Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang juga telah berkembang.

Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif.
Hal ini disebabkan karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah:
·           Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.
·           Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila diperlukan.
·          Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) di pecah menjadi dua, satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi diletakkan di komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.
Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basis data (database), juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat lunak front-end.
Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola sistem basis data (database management system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open database connectivity).
c.              Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1)        Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
2)        Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
3)        Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC
adalah pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi.
Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi.
4.          Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang
berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu.
Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut.
Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor
penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah dukungan
perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
5.             Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi.
Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.
6.             Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu.
Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7.             Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan
informasi tersebut:
1.             Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,
2.             Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
3.             Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal maupun global.
8.             Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang mudah dipahami.
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas cakupannya.
Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai berikut:
a)            Sistem
b)            Subsistem
c)             Modul
d)            Submodul
e)            Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masingmasing submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan.
Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak perlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.
C.           Outsourcing dalam Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah Sakit
Pada dasarnya setiap rumah sakit memiliki sistem yang berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainya. Selain karena lokasi, bentuk fisik, jumlah SDM dan lain sebagainya, maka setiap rumah sakit akan menyesuaikan sistem kerjanya dengan kondisi yang ada.
Secara garis besar, rancang bangun sistem informasi rumah sakit dapat menggunakan dua cara, yaitu dengan dilakukan sendiri (insourcing) dan dilakukan oleh pihak lain yang memiliki kompetensi dibidang tersebut (outsourcing)
Pada dasarnya outsourcing di bidang IT adalah suatu perusahaan atau lembaga diluar rumah sakit yang memiliki kemampuan untuk membuat sistem informasi di Rumah Sakit. Pada umumnya mereka terdiri dari tiga bagian yaitu Programmer, System Analyst, dan Technical Support.
Menurut The 2001 Outsourcing World Summit, ada 6 alasan utama untuk Outsourcing :
1.      Reduce Cost / Mengurangi biaya (36%)
2.      Focus on Core / Fokus pada inti (36%)
3.      Improve Quality /  Meningkatkan kualitas (13%)
4.      Increase speed to market / Meningkatkan kecepatan ke pasar (10%)
5.      Foster Innovation / Membantu inovasi (4%)
6.      Conserver Capital / Menghemat modal (1%)

Dari data di atas, yang paling menjadi alasan utama untuk outsourcing adalah karenadapat mengurangi biaya dan fokus pada inti (fokus pada apa yang dikuasai).Namun demikian selain adanya keuntungan dari outsourcing, ada pula beberapa kelemahan, diantaranya adalah bahwa dengan outsourcing data kita menjadi mudah dibuka oleh pihak luar.
Dalam pelaksanaan rancang bangun sistem informasi rumah sakit pada dasarnya digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagai berikut:
1.             Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit ?
2.             Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit ?
3.             Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit ?
4.             Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut ?

Untuk menjawab secara umum, outsourcing IT akan dapat memberikan jawaban dengan mudah, namun demikian untuk mendapatkan jawaban yang spesifik sesuai dengan pelayanan di rumah sakit yang terkait, dibutuhkan masukan dan kerjasama antara pihak rumah sakit dengan outsourcing IT nya sehingga dapat dihasilkan bisnis proses yang baik sebagai landasan pembuatan program IT rumah sakit tersebut. Karena berdasarkan pertanyaan diatas, sesungguhnya dapat menjadi penjabaran sistem informasi rumah sakit sebagai berikut:

1.             Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
2.             Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
3.             Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupun tenaga administratif rumah sakit.
4.             Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
5.             Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
6.             Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek, pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar.

D.          Pentingnya Aplikasi Sistem Informasi Berbasis Komputer di Rumah Sakit


Pendidikan masyarakat dan akses informasi tentang kesehatan yang semakin tinggi menyebabkan tingginya tuntutan kebutuhan kesehatan. Guna memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan tersebut, maka komputerisasi sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk menghindari kesalahan yang tidak diinginkan seperti redudansi data, unintegrated data, human eror, dan terlambatnya informasi mengingat faktor kesehatan sangat penting bagi seseorang. Sistem informasi rumah sakit (SIRS) secara garis besar mempunyai dua fungsi yaitu sistem informasi pelayanan rumah sakit dan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). Kedua fungsi tersebut saling terkait dan saling melengkapi sehingga pada akhirnya akan membuat sistem yang terintegrasi dan handal. Peranan operasional sistem informasi dalam rumah sakit antara lain adalah (Sutanto, 2008) :
1)             Kecepatan, misalnya kecepatan dalam penyelesaian pekerjaan administrasi rumah sakit.
2)             Akurasi, dengan SIMRS pemeriksaan data transaksi cukup dengan membandingkan laporan antar unit yang dihasilkan oleh SIMRS dan juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu sehingga data terjamin akurasinya. 
3)             Integrasi, bila dengan sistem manual data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di bagian pendaftaran saja.
4)             Peningkatan pelayanan, pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Saat ini, pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan sebab ketika data-data tersebut dibutuhkan dapat dilihat dengan waktu yang relatif singkat dan akurat.
5)             Peningkatan efisiensi, jika kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan administrasi akan lebih cepat dan menghindari permintaan pemeriksaan laboratorium berulang dikarenakan kertas hasil pemeriksaan sebelumnya hilang. 
6)             Kemudahan pelaporan, proses pelaporan berbasis komputer hanya memakan waktu beberapa menit sehingga dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.
Dari semua peranan SIMRS berbasis komputer tersebut, akan berpengaruh pada meningkatnya produktivitas kinerja tenaga medis dan staff administrasi di rumah sakit serta meningkatkan atau memudahkan pelayanan kesehatan sehingga kini hampir seluruh rumah sakit telah dilengkapi dengan teknologi komputerisasi dalam sistem informasi rumah sakitnya. Pelayanan rumah sakit terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis. Contoh nyata sistem informasi berbasis komputer untuk mendukung pelayanan bersifat non-medis telah diterapkan dalam rumah sakit yaitu Computerized Billing System merupakan contoh sistem pengolahan transaksi atau penagihan elektronik untuk fungsi pelayanan administratif dan keuangan, dimana sistem ini dapat menjamin manajemen keuangan rumah sakit yang cepat, transparan, dan bertangung jawab (Anisfuad, 2008; Ida, 2009). Sistem ini sudah digunakan hampir di seluruh rumah sakit, salah satunya adalah RS Margono Soekarjo telah menggunakan aplikasi ini untuk memudahkan keluarga pasien melihat biaya yang harus dibayarnya karena daftar obat, biaya tindakan dokter, biaya rawat inap sudah diketahui melalui layar komputer (Suara Merdeka, 2004). 
Pelayanan yang bersifat medis contohnya seperti rekam medis berbasis komputer, secara prinsip digunakan untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event seorang pasien di rumah sakit dan disimpan secara digital di dalam database komputer. Aplikasi ini memberikan kemudahan untuk menyimpan, memperbaharui, mengakses dan mencari catatan-catatan medis pasien secara lengkap dan cepat. Saat ini klinik Gadjah Mada Medical Centre telah menggunakan rekam medis berbasis komputer meskipun hanya untuk melayani pasien rawat jalan (Anisfuad, 2005; Anisfuad, 2008). Aplikasi sistem informasi rekam medis Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul dapat mempersingkat proses pembuatan laporan dan menghasilkan laporan eksternal yang valid sesuai dengan data yang diinput (Suhartanto, 2007). Rekam medis berbasis komputer di Indonesia tidak berkembang dengan cepat karena adanya isu pengembangan sistem informasi di rumah sakit antara lain dari aspek finansial, legalitas dan kesiapan pengguna atau tenaga medis. Untuk mendorong minat dan adopsi rekam medis berbasis komputer, manfaat dan potensinya harus terus menerus disosialisasikan misalnya mampu menyimpan data pasien dalam jumlah besar hanya menggunakan perangkat komputer yang bisa dijinjing. Selain itu, dapat memberikan peringatan jika dokter salah memberikan obat atau ada reaksi antar obat. Di sini, peran penting teknologi dalam sistem informasi tidak lepas dari potensinya untuk mencegah kesalahan peresepan obat atau medical error. Disamping sosialisasi yang terus dilakukan, juga memerlukan inisiatif tingkat nasional, seperti merumuskan perangkat lunak yang sesuai dengan dana rumah sakit dan merancang aspek legalitas yang memberi jaminan keabsahan informasi rekam medis elektronik. Pada dasarnya, penggunaan sistem ini sangat tergantung dari tingkat kebutuhan manajemen di rumah sakit (Anisfuad, 2008). Adapun pelayanan medis berbasis komputer lainnya yaitu sistem informasi keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada kecepatan dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit. Pelayanan keperawatan mengalami perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses keperawatan dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang dapat memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC. RSUD Banyumas merupakan salah satu rumah sakit yang sudah menerapkan sistem informasi keperawatan berbasis komputer menggunakan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), NIC (Nursing Intervention Classification) dan NOC (Nursing Outcome Classification) yang diciptakan oleh kawan-kawan perawat di RSUD Banyumas. Saat ini di beberapa bangsal, perawat menggunakan laptop, wifi dan komputer desktop untuk membuat dokumentasi keperawatan. Sistem ini mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat memasukkan data terkini serta intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam dokumentasi hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan (meningkatkan kualitas dokumentasi karena dapat mencegah redundancy). Adapun keuntungan lain dari sistem ini yaitu meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan produktifitas kerja, memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam mengakses informasi, meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki waktu lebih banyak untuk melayani pasien, menurunkan Hospital Cost, menurunkan Lost of data and information (Agustine, 2009; Anisfuad, 2006).
Kecenderungan pemanfaatan teknologi juga akan berimbas pada konsep paperless yang ditandai dengan meluruhnya peran kertas sebagai media pencatat medis. Upaya pengembangan sistem informasi dalam rumah sakit, saat ini tidak hanya menggunakan teknologi komputerisasi, tetapi juga telah banyak yang menggunakan teknologi telepon genggam untuk mendongkrak mutu pelayanan. Layanan informasi rumah sakit yang berbasiskan SMS terintegrasi dapat melayani registrasi antrian pasien, jadwal praktek dokter, dan kritik dan saran yang membangun sistem pelayanan kesehatan (Lestantyo dkk, 2008). PDA juga menjadi sarana peningkatan pelayanan rumah sakit yang digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi tertentu. Adapun teknologi penyimpan data portable seperti smart card yang dapat menyimpan data pasien namun aplikasi ini baru digunakan di Eropa dan Amerika Serikat (Anisfuad, 2005).
Dapat disimpulkan kehadiran teknologi khususnya komputer dalam sistem informasi rumah sakit sangat penting untuk mendukung kemudahan dalam manajemen rumah sakit. Oleh sebab itu, dengan adanya sistem ini dapat membantu pengolahan data dan menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan akurat sesuai kebutuhan sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam menyongsong Indonesia Sehat 2010.
E.           Kesimpulan
Sistem informasi rumah sakit adalah suatu sistem informasi yang komplek yang membutuhkan perhatian khusus dalam pembuatannya. Namun jika sudah berjalan, hanya diperlukan pemeliharaan yang prosesnya tidak serumit pada saat pembuatannya.
Dengan outsourcing, maka Rumah Sakit tidak perlu memberi gaji setaraf pakar yang dapat menyusun sistem informasi rumah sakit seumur masa kerjanya yang tentunya akan menjadi mahal dalam perhitungan proses pengadaan sistem informasi rumah sakit. Selain itu manajemen akan menjadi lebih focus, karena manajemen hanya menganggarkan sesuai dengan kontrak kerja untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Namun demikian, outsourcing tidak dapat dilepas begitu saja untuk membuat program yang diinginkan. Tetap perlu keterlibatan orang dalam rumah sakit untuk sama-sama menyusun perencanaan dan bisnis proses sehingga produk akhir yag dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Sumber :




Komentar

Postingan Populer